Senin, 04 Oktober 2010

Do'a Pesakitan


GUSTI,
seperti kapan saja kami para hamba
tak berada di mana-mana melainkan di hadapanMu jua
ini sangat sederhana tetapi kami sering lupa
sebab mengalahkan musuh-musuhMu yang kecil saja,
kami tak kuasa

GUSTI,
inilah tawananMu tak berani menengadahkan muka
mripat kami yang terbuka telah lama menjadi buta
sebab menyia-nyiakan dirinya dengan hanya menatap hal-hal maya

GUSTI,
cinta kami kepada Mu tak terperi
namun itu tak diketahui oleh diri kami sendiri
maka tolong ajarilah kami agar sanggup mengajari diri sendiri
menyebut namaMu seribu kali sehari
karena meski hanya sehuruf saja dariMu takkan tertandingi

GUSTI,
kami berkumpul disini untuk mengukur keterbatasan kami
melontarkan beratus beribu kata
seperti buih-buih melayang-layang di udara
diisap kembali oleh Maha Telinga
sehingga tinggal jiwa kami termangu
menunggu ishlah dariMu agar jadi bening dan tahu malu

GUSTI,
kami pasrah sepasrah-pasrahnya kami telanjang setelanjang-telanjangnya
kami syukuri apapun sebab rahasiaMu agung
tak ada apa-apa yang penting dalam hidup yang cuma sejenak ini
kecuali berlomba lari untuk melihat telapak kaki siapa yang paling dulu
menginjak halaman rumahMu

GUSTI,
lihatlah mulut kami fasih otak kami secerdik setan
jiwa kami luwes bersujud bagai para malaikatMu
namun saksikan adakah hidup kami mampu begitu ?
langkah kami yang mantap dan dungu
hasil-hasil kerja kami yang gagah dan semu a
rah mata kami yang bingung dan tertipu
akan sanggupkah melunasi hutang kami kepada kasih cinta penciptaanMu?

GUSTI,
masa depan kami sendiri kami bakar
namun Engkau betapa amat sabar
peradaban kami semakin hina
namun betapa Engkau bijaksana
kelakuan kami semakin nakal
namun kebesaran Mu maha kekal
nafsu kami semakin rakus tapi betapa rahmat Mu
tak putus-putus kemanusiaan kami semakin dangkal
sehingga Engkau menjadi terlampau mahal

GUSTI,
kamilah pesakitan di penjara yang kami bangun sendiri
kamilah narapidana yang tak berwajah lagi
kaki dan tangan ini kami ikat sendiri
maka hukumlah dan ampuni kami dan jangan biarkan terlalu lama menanti

(EMHA AINUN NADJIB – 1981)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar