Masjid itu dua macamnya
Satu Ruh, lainnya badan.
Satu diatas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunya
Kalau Ruh ditindas, Masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, Masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu
Masjid selalu dua macamnya
Satu terbuat dari bata & logam
Lainnya tak terperi
Karena Sejati
Masjid batu bata
Berdiri dimana-mana
Masjid Sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada & tiada
Mungkin di hati kita
Di dalam jiwa, di pusat Sukma
Membisikkan asma Allah Ta'ala
Kita diajari tuk mengenalinya
Di dalam Masjid batu bata
Kita melangkah masuk, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki Masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna
Tubuh kita bertakbir
Ruh mengagumi-nya tanpa suara
Ruh bersembahyang tanpa gerak
Menjerit dengan mulut sunyi
Sangat mahal biaya Masjid badan
Padahal temboknya berlumut karena hujan
Adapun Masjid Ruh kita beli dengan ketakjuban
Tak bisa lapuk karena Asma-nya selalu kita zikirkan
Masjid badan gampang binasa
Matahari mengelupas warnanya
Ketika datang badai, berterbangan gentingnya
Oleh gempa bumi ambruk dindingnya
Masjid Ruh mengabadi
Pisau tak sanggup menikamnya
Senapan tak bisa membidiknya
Politik tak mampu memenjarakannya
Masjid Ruh kita bawa ke mana-mana
Ke sekolah,ke tempat kerja, pasar...
Kita bawa naik sepeda, mobil, berjejal di bis kota
Tanpa seorangpun sanggup mencopetnya
Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya
Sedang Masjid Ruh di dada adalah Cakrawala
Cengkraman tangan para penguasa betapa kerdilnya
Sebab Masjid Ruh adalah semesta raya
Jika kita berumah di Masjid Ruh
Tak kuasa para musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki genggaman-nya
Mereka menembak hanya bayangan kita
Masjid itu dua macamnya
Masjid badan berdiri kaku
Tak bisa digenggam
Tak mungkin kita bawa masuk kuburan
Adapun Masjid Ruh justru yang mengangkut kita
Melampaui ujung waktu nun jauh di sana
Terbang melintasi seribu alam seribu semesta
Hinggap keharibaan cinta-Nya
Masjid itu dua macamnya
Orang yang hanya punya Masjid pertama
Segera mati sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya hanya batu berhala
Tetapi mereka yang sombong dengan Masjid kedua
Berkeliaran sebagai Ruh gentayangan
Tidak memiliki tanah pijakan
Sehingga kakinya gagal berjalan
Maka bagi orang yang waspada
Dua Masjid menjadi satu jumlahnya
Syariat dan Hakikat
Menyatu dalam Tarekat menuju Makrifat
Bahkan seribu Masjid, sejuta Masjid
Niscaya hanya satu belaka jumlahnya
Sebab tujuh samudera gerakan sejarah
Bergetar dalam satu ukhuwwah Islamiyyah
Sesekali kita pertengkarkan soal Bid'ah
Atau jumlah roka'at sebuah sholat sunnah
Itu sekedar pertengkaran suami istri
Untuk memperoleh kemesraan-nya kembali
Para pemimpin saling bercuriga
Kelompok satu mengafirkan yang lain
Itu namanya belajar mendewasakan Khilafah
Sambil menggali penemuan model Imamah
Seribu Masjid dibangun
Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu Masjid badan
Satu orang membangun seribu Masjid Ruh
Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan Kawruh
Seribu Masjid tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu sejumlah Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah
Sebab kehidupan senantiasa lapar Nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah
Muadzin kita selalu mengumandangkan
By.Emha Ainun Najib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar